Barangkali jatuh cinta kepadamu adalah salah yang berarti tidak tahu malu. Maka aku akan terus diam, membiarkanmu dalam ketidaktahuan akan aku yang terlalu banyak menceritakan kamu kepada Tuhan. Sebagaimana seringnya aku menulis perihal kamu dalam secarik demi secarik puisi, surat-surat yang disimpan saja baik-baik. Kamu… telah kubuat abadi di sana. Hingga pada waktu aku menua lalu kehilangan ingatan, kamu masih akan tetap tersimpan pada sajak-sajak yang kurangkai.
Dan jika aku boleh sedikit meminta, bersediakah kamu menyimpan aku di sudut memorimu? Meski lantainya dingin berdebu dan masanya jauh dari kata panjang, aku tak apa. Setidaknya kamu pernah menyadari eksistensiku sebagai manusia yang kerap dilupa oleh mereka.
