Kupeluk sunyi di antara buaian malam. Diam-diam namamu bermekaran di mana-mana. Padahal, aku sedang tak ingin membicarakanmu kepada Tuhan. Namun, terasa salah jika tak kuminta keselamatanmu.
Kucoba menghitung-hitung hari sejak waktu di mana eksistensimu selalu menjadi sesuatu yang kutunggu-tunggu. Tak lagi sebentar rupanya. Meski belum juga terlalu lama kau berdiam mengurung kepalaku dalam bayang-bayangmu yang hadir pada setiap detik.
Untungnya punggungmu tak menjadi pengadu yang berisik. Setidaknya masih bisa kusimpan rahasiaku bersamanya hingga entah kapan.